Siapakah itu Yesus
Lewat drama dan penderitaan yang mencengkeram, media dengan segarnya menggambarkan tokoh di abad pertama ini dengan banyak pertanyaan apakah Yesus lebih dari sekedar manusia. Manakah yang seharusnya kita percayai – Hollywood ataukah Firman Tuhan?
Saluran National Geographic menayangkan
siaran pertamanya dari kisah buku Killing Jesus on Sunday pada tanggal
29 Maret 2015. Tayangan ini menarik pemirsa terbanyak dalam sejarah –
lebih dari 3,7 juta penonton. Paskah pekan lalu pencarian google untuk
“Jesus Christ” melonjak 53 persen. Seri singkat A.D.: The Bible
Continues diluncurkan pada tanggal 5 April 2015 dengan judul “The Tomb
is Open (Kubur yang Terbuka)” dan akan menerbitkan episode mingguan 12
seri, satu jam perepisodenya.
Apakah sungguh ada sebuah perkembangan
yang menarik akan Yesus Kristus dalam kebudayaan kita? Apakah orang
sedang mencari-cari kebenaran mengenai Kristus? Apakah dosis yang
dihadirkan dalam program-program ini memberikan sebuah pemahaman yang
lebih akurat mengenai Mesias? Apakah rating pemecah rekor memberikan
jaminan bagi kita bahwa kita mendengarkan fakta sebagaimana adanya dalam
Alkitab? Anda harus terkejut saat mendengar sutradara dari film Killing
Jesus mengatakan, “Kita ingin menggambarkan Yesus sebagai tokoh yang
berotot, seseorang yang seperti bintang rock pada zamannya.”
Mungkin ini adalah waktunya untuk Yesus yang lebih garang, Yesus
berdarah kaukasia dengan mata yang biru dan beraksen Inggris. Mungkin
kita perlu melihat seseorang dengan semangat dan kekuatan. Tetapi Bill
O’Reilly, penulis dari buku yang mana Killing Jesus diambil, mungkin
memberi kita lebih dari yang kita inginkan: “Masalah keilahian Yesus
adalah terserah tafsiran dalam produksi saluran National Geographic
juga, jadi para pemirsa ditinggalkan untuk membuat panggilan mereka
sendiri. Yesus sendiri digambarkan mengalami masa keraguan, pada suatu
kali berpaling pada murid-Nya siapa menurut mereka dan orang-orang
diri-Nya.”
Sutradara pertunjukkan tersebut
menambahkan, “Saya harap kita terus sisakan unsur keraguan, karena kalau
tidak demikian maka Ia bukanlah manusia.” Mukjizat Kristus
“ditinggalkan pada tafsiran dari penonton.” Dalam sebuah adegan Yesus
memegang seorang anak yang sedang sakit yang lalu membaik. Apakah itu
sebuah mukjizat? “Bisa ya, bisa tidak,” kata sang sutradara menambahkan
“mukjizat yang Anda lihat… bisa saja kebetulan.” Yesus tidak digambarkan
saat berjalan di atas air atau membangkitkan orang mati.
Tetapi kata “mungkin” bukanlah kata yang
netral. Film tersebut dengan jelas menggambarkan Yesus sebagai manusia
bukannya ilahi, dimulai dengan keraguan akan keilahian-Nya. Akan tetapi
Alkitab dengan jelas menggambarkan Yesus sebagai seseorang yang memahami
alamiah keilahian-Nya, bahkan saat ia masih anak-anak, saat ia berkata
pada orang tuanya, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa
Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Lukas 2:49).
Sebuah poling barna yang baru saja
dilakukan membawakan campuran kepercayaan ini mengenai Yesus di antara
orang Amerika. Sementara 92 persen percaya bahwa Yesus adalah tokoh yang
nyata, hanya 56 persen yang percaya bahwa Ia adalah Tuhan. Meskipun
Alkitab secara berulangkali menggambarkan Yesus sebagai Dia “yang tidak
mengenal dosa” (2 Korintus 5:21) dan sebagai “anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:19), lebih dari setengah orang
Amerika percaya bahwa Yesus melakukan dosa sama seperti orang lain.
Siapakah Yesus yang sebenarnya? Di
hari-hari akhir kita perlu mengetahui bahwa akan ada lebih kepalsuan dan
ketidakbenaran akan catatan Yesus dan misi-Nya dalam kebudayaan kita.
Kalau kita begitu tersihir oleh apa yang dikatakan hiburan-hiburan
populer katakan mengenai Sang Juru Selamat, akankah kita sungguh
mengenali Yesus yang sejati?
Kalau Anda melihat pada Alkitab, itu
secara tidak diragukan lagi mengungkapkan pada kita Kristus adalah Putra
Tuhan yang ilahi. Orang-orang skeptik yang memunculkan keraguan tidak
dapat begitu saja menyingkirkan iman jutaan orang.
"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 10:32-33).
Sumber : http://amazingfactsindonesia.org/