Neuralink - Apakah Antarmuka Otak-Komputer Membawa Kita Ke Dalam Utopia Teknologi?

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Nilai Pasar Nvidia, AI Kesayangan, Melonjak Mendekati Apple

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PREVIEW PERTANDINGAN: MAN CITY V UNITED WOMEN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Apakah BRICS yang Diperluas Akhirnya Melengserkan Dolar dengan Bantuan Kripto?

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

APAKAH YESUS TUHAN? Mari Kita Cari Tahu!

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, 27 April 2015

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 10:32-33).

Siapakah itu Yesus


Lewat drama dan penderitaan yang mencengkeram, media dengan segarnya menggambarkan tokoh di abad pertama ini dengan banyak pertanyaan apakah Yesus lebih dari sekedar manusia. Manakah yang seharusnya kita percayai – Hollywood ataukah Firman Tuhan?  
Saluran National Geographic menayangkan siaran pertamanya dari kisah buku Killing Jesus on Sunday pada tanggal 29 Maret 2015. Tayangan ini menarik pemirsa terbanyak dalam sejarah – lebih dari 3,7 juta penonton. Paskah pekan lalu pencarian google untuk “Jesus Christ” melonjak 53 persen. Seri singkat A.D.: The Bible Continues diluncurkan pada tanggal 5 April 2015 dengan judul “The Tomb is Open (Kubur yang Terbuka)” dan akan menerbitkan episode mingguan 12 seri, satu jam perepisodenya.  
Apakah sungguh ada sebuah perkembangan yang menarik akan Yesus Kristus dalam kebudayaan kita? Apakah orang sedang mencari-cari kebenaran mengenai Kristus? Apakah dosis yang dihadirkan dalam program-program ini memberikan sebuah pemahaman yang lebih akurat mengenai Mesias? Apakah rating pemecah rekor memberikan jaminan bagi kita bahwa kita mendengarkan fakta sebagaimana adanya dalam Alkitab? Anda harus terkejut saat mendengar sutradara dari film Killing Jesus mengatakan, “Kita ingin menggambarkan Yesus sebagai tokoh yang berotot, seseorang yang seperti bintang rock pada zamannya.”
Mungkin ini adalah waktunya untuk Yesus yang lebih garang, Yesus berdarah kaukasia dengan mata yang biru dan beraksen Inggris. Mungkin kita perlu melihat seseorang dengan semangat dan kekuatan. Tetapi Bill O’Reilly, penulis dari buku yang mana Killing Jesus diambil, mungkin memberi kita lebih dari yang kita inginkan: “Masalah keilahian Yesus adalah terserah tafsiran dalam produksi saluran National Geographic juga, jadi para pemirsa ditinggalkan untuk membuat panggilan mereka sendiri. Yesus sendiri digambarkan mengalami masa keraguan, pada suatu kali berpaling pada murid-Nya siapa menurut mereka dan orang-orang diri-Nya.”
Sutradara pertunjukkan tersebut menambahkan, “Saya harap kita terus sisakan unsur keraguan, karena kalau tidak demikian maka Ia bukanlah manusia.” Mukjizat Kristus “ditinggalkan pada tafsiran dari penonton.” Dalam sebuah adegan Yesus memegang seorang anak yang sedang sakit yang lalu membaik. Apakah itu sebuah mukjizat? “Bisa ya, bisa tidak,” kata sang sutradara menambahkan “mukjizat yang Anda lihat… bisa saja kebetulan.” Yesus tidak digambarkan saat berjalan di atas air atau membangkitkan orang mati.  
Tetapi kata “mungkin” bukanlah kata yang netral. Film tersebut dengan jelas menggambarkan Yesus sebagai manusia bukannya ilahi, dimulai dengan keraguan akan keilahian-Nya. Akan tetapi Alkitab dengan jelas menggambarkan Yesus sebagai seseorang yang memahami alamiah keilahian-Nya, bahkan saat ia masih anak-anak, saat ia berkata pada orang tuanya, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Lukas 2:49).  
Sebuah poling barna yang baru saja dilakukan membawakan campuran kepercayaan ini mengenai Yesus di antara orang Amerika. Sementara 92 persen percaya bahwa Yesus adalah tokoh yang nyata, hanya 56 persen yang percaya bahwa Ia adalah Tuhan. Meskipun Alkitab secara berulangkali menggambarkan Yesus sebagai Dia “yang tidak mengenal dosa” (2 Korintus 5:21) dan sebagai “anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:19), lebih dari setengah orang Amerika percaya bahwa Yesus melakukan dosa sama seperti orang lain.  
Siapakah Yesus yang sebenarnya? Di hari-hari akhir kita perlu mengetahui bahwa akan ada lebih kepalsuan dan ketidakbenaran akan catatan Yesus dan misi-Nya dalam kebudayaan kita. Kalau kita begitu tersihir oleh apa yang dikatakan hiburan-hiburan populer katakan mengenai Sang Juru Selamat, akankah kita sungguh mengenali Yesus yang sejati?  
Kalau Anda melihat pada Alkitab, itu secara tidak diragukan lagi mengungkapkan pada kita Kristus adalah Putra Tuhan yang ilahi. Orang-orang skeptik yang memunculkan keraguan tidak dapat begitu saja menyingkirkan iman jutaan orang. 

"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 10:32-33).



Sumber : http://amazingfactsindonesia.org/

Friday, 24 April 2015

Pengorbanan Bai Fang Lee, contoh nyata dari Kasih dengan perbuatan (bukan hanya perkataaan). 1 Yohanes 3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

Belajar Dari Kebaikan dan Ketulusan Hati Seorang BAI FANG LI

Namanya BAI FANG LI (baca Pai fang li). Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.

Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.

Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.

Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.

Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng. Dipojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.

Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong.Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.

Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya
yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.

Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.

Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.
"Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya...." jawab anak itu.
"Orang tuamu dimana...?" tanya Bai Fang Li.
"Saya tidak tahu...., ayah ibu saya pemulung.... Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil..." sahut anak itu.

Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.

Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.

Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.

Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.

Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm... tapi masih cukup bagus... gumannya senang.

Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
"Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini...," katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.

Bai Fang Li berkata "Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan......" katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis........

Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta rupiah, jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.

Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan " Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa".

 

Sunday, 19 April 2015

Lisa Kelly 'Christmas Everywhere'



Monday, 6 April 2015

Raisa - Music Everywhere - Net TV (Full Show)

Music Everywhere - Glenn Fredly - Januari

20,000 Yazidi