DOMINE QUO VADIS?
(“Hendak
kemanakah Engkau Tuhan?”)
Pagi
itu ketika fajar merekah, dua sosok tubuh berjalan disepanjang jalan Appia
menuju padang Campania. Seorang dari mereka adalah Nazarius.satunya lagi Rasul
Petrus. Dia meninggalkan kota Roma beserta semua umat Kristen yang sudah atau
sedang mati sebagai martir di kota ini.
Kenapa
Petrus pergi meninggalkan kota Roma saat umat Kristen disana sedang teraniaya?
Ia punya banyak alasan pembenar:
Beberapa
hari yang lalu beberapa umat Kristen yang masih bebas telah merundingkan cara
terbaik untuk menyelamatkan Rasul. Mereka mengangap jiwa Petrus adalah yang
paling berharga dianatara mereka semua. Tigellinus komandan pasukan Nero telah
bertekat mengkap Petrus dengan cara apa pun. Dia yakin setelah para Rasul
lenyap, akan musnah pula sisa ajaran yang dibencinya ini.
Vinicius
sebelum berangkat telah mengingatkan petrus akan adanya ancaman bahaya.
“Rasul,” kata Vinicius, “di waktu fajar besok kau akan diantar ke Perbukitan
Alban. Kami akan menyusulmu ke sana, lalu kami akan mengajakmu serta ke Antium.
Sebuah kapal sudah siap mengantar kita ke Neapolis, dan dari sana dilanjutkan
ke Sicilia. Terpujilah Tuhan saat kau kelak melangkah kaki kedalam rumahku dan
duduk di muka perdianganku!”
Semuanya
yang lainpun mendesak agar Petrus menerima ajakan ini. “Kami mohon sudilah Tuan
mengungsi,” kata mereka. “Tuan tidak bisa terus tinggal di Roma. Tuanlah yang
harus tetap memelihara iman kami. Kalau tidak, tuan pasti binasa bersama kami -
dan demikian juga iman kita. Dengarlah kata-kata kami seperti seorang ayah
mendengarkan kata-kata anaknya!”
Memang
Petrus tidak pernah mengatakan akan meninggalkan Roma, walaupun sudah lama kegelisahan
dan kengerian menjalari sukmanya. Domba-dombanya sudah binasa. Dia merasa gagal
menunaikan tugasnya. Sebelum Roma terbakar, gerejanya berkembang bagaikan pohon
yang subur, tapi kini semuanya sudah musnah menjadi abu akibat akibat keganasan
si binatang Nero. Benih Firman yang ditabur telah menghasilkan panen
melimpah-ruah, namun sekarang iblis mengijak-injak hasil panen ini. Dan bala
tentara surga tidak datang untuk menolong orang-orang Kristen yang binasa. “O
Tuhan, apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa tetap tinggal disini?
Bagaimana bisa aku seorang tua renta, bertarung melawan kekuatan jahat yang Kau
biarkan memerintah dan menaklukan kami?”
Tenggelam
dalam kesedihan, Petrus menyrukan nama Tuhan dan mengulangi, Domba-domba yang
Kau berikan kepadaku sudah binasa. Gerejamu sudah tidak ada lagi. Kesedihan dan
suasana berkabung memenuhi kota. Lalu apalagi yang harus kulakukan? Apakah aku
harus tetap tinggal di sini? Ataukah aku harus mengungsikan sisa domba-Mu ke
seberang lautan dan di sana sekali lagi kami bisa mengagumkan nama-Mu?”
Petrus,
tidak bisa tidur! Hatinya penuh kebimbangan, sebenarnya ia yakin, kalau ia
meninggalkan Roma, semua orang beriman akan mengikutinya. Dia dapat membawa
mereka ke padang belantara Galilea yang teduh, dan ke Danau Tiberias yang
permukaannya jernih seperti cermin. Tapi pantaskah kalau dia sendiri yang
duluan mengungsi mencari selamat? Seandainya dia berbuat demikian, bagaimana
nanti pertanggungjawaban kepeda Tuhan “Mereka mati karena Iman mereka. Tapi
kau... melarikan diri!” Akhirnya Linus membungkukkan tubuhnya di hadapan
Petrus, “Tuan,” katanya Yesus Kristus sudah bersabda kepadamu, ‘peliharakanlah
domba-domba-Ku,’ Tapi kini domba-dombamu sudah tiada lagi. Mereka sudah hampir
punah sama sekali. Maka kembalilah ke tempat dimana kau akan mendapat kelompok
domba yang baru. Di Efesus, di Yerusalem, di Antiokia dan di kota-kota lain tempat
Firman Tuhan bebas diberitakan. Mengapa kau harus tetap di Roma? Seandainya kau
binasa, kau hanya akan memberikan kemenangan mutlak kepada iblis. Yang
Mahakuasa mengisinkan Yohanes tetap hidup, sedangkan Paulus warga negara
Romawi. Dia tidak bisa dijatuhi hukuman sebelum diadili sesuai dengan hukum.
Tapi seandainya Tuan celaka, orang yang hatinya sudah goyah akan berkata, Siapa
coba yang lebih besar dari pada Nero?’ Tuan adalah batu karang tempat Kristus
akan mendirikan gereja-Nya. Maka tinggalkan kami untuk mati. Tapi jangan
biarkan orang kafir mendapat kemenangan atas diri Tuan Utusan Tuhan. Jangan
kembali sebelum Tuhan merobohkan orang yang menumpahkan darah orang-orang yang
tidak berdosa.”
“Ya,
ya!” yang lain juga menyetujui. “Lihat betapa kami memohon kepadamu dengan air
mata bercucuran!” Sambil mencucurkan air mata akhirnya Petrus memutuskan
“Kalian benar, aku harus pergi keluar Roma.” Pagi itu bersama Nazarius, Petrus
berangkat meninggalkan Roma.
Tatkala
matahari mulai menyeruak di celah antara pegunungan, tiba-tiba Petrus melihat pemandangan
aneh – pemandangan yang memebuat langkahnya terhenti seketika. Dilihatnya
bulatan kuning matahari seakan tidak naik ke langit, melainkan menuruni lereng
bukit dan bergerak sepanjang jalan yang kosong dan lenggang itu!
Petrus
berhenti dan berkata pada Nazarius,” Kau melihat cahaya yang datang ke arah
kita?” “Tidak,” jawab Nazairus. “Aku tidak melihat apa-apa.”
Petrus
melindungi matanya dengan kedua tangan, kemudian meneruskan, “Ada orang
berjalan ke arah kita melalui sinar matahari.” Tapi tidak terdengar suara
langkah kaki. Sekitar mereka sunyi senyap. Nazairus hanya melihat pohon-pohon
menggeletar, seakan digoyangkan tangan yang tidak kelihatan.
“Tuan
kena apa?” serunya cemas, sebab dilihatnya tongkat terlepas jatuh dari tangan
Petrus. Pandangan Petrus terpusat kedepan sana. Mulutnya setengah terbuka.
Wajahnya memancarkan air muka takjub, gembira, dan terpesona. Tiba-tiba Petrus
jatuh berlutut, mengulurkan kedua lengannya dan berseru “Kristus! Kristus!”
Lalu
Petrus jatuh menelungkup, seakan sedang mencium kaki yang tidak kelihatan.
Beberapa waktu lamanya tak terdengara suara apa pun. Akhirnya Petrus berkata
dengan suara terputus-putus oleh isak tangis, “Domine Quo Vadis?”
Nazairus
tidak mendengar jawaban atas pertanyaan Petrus. Tetapi di telinga Petrus
terdengar sebuah suara penuh kesedihan dan lemah lembut dari Seseorang yang
berkata, “Karena kini engkau meninggalkan
umat-Ku, maka Aku akan pergi ke Roma, untuk disalibkan kali yang kedua.”
Petrus
masih menelungkup di tanh, wajahnya terbenam dalam debu, tubuhnya diam tidak
bergerak-gerak. Nazairus mulai takut, jangan-jangan Petrus jatuh pingsan atau
kehabisan tenaga. Tetapi tiba-tiba Petrus bangkit berdiri. Dan tanpa mengatakan
apa pun berbalik menghadap ke arah Roma, ia berjalan melupakan tongkatnya.
Seperti
gema, Nazairus mengulangi kata-kata Petrus, “Domine Quo Vadis?” Dan Petrus menjawab
dengan lemah lembut, “Ad Roman.” Maka mereka pun kembali ke Roma.
Sejarah
mencatat akhirnya Petrus kembali ke kota Roma untuk menguatkan sisa jemaat yang
ada disana. Meskipun akhirnya Rasul Petrus harus mati sebagai martir dengan
cara di salib terbalik, Firman Tuhan yang diajarkannya tidak pernah padam atau
mati. Jumlah petobat baru semakin banyak, tampaknya setiap tetes air mata yang
menitik dari semua orang syahid menjelma menjadi pengikut baru. Setiap gerangan
yang keluar di arena gladiator seakan bergema kembali sebagai Nafiri Kehidupan.
Di tengah penyembah berhala yang semakin gila dan darah orang percaya yang
tertumapah mereka telah menemukan Tuhan yang bisa mereka cintai, mereka
menemukan apa yang tidak bisa dunia berikan, yaitu kebahagiaan karena kasih.
Pada
akhirnya hidupnya saat hampir di salib, Rasul Petrus berkata “Aku tidak layak
mati dengan cara Tuhanku mati” akhirnya prajurit Roma menyalibkan Petrus dengan
cara terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas. (cuplikan dari buku dan film
“QUO VADIS”).
DOMINE QOU VADIS?
Kalimat di atas bisa diterjemahkan bebas “Hendak
kemanakah Engkau Tuhan?” itulah pertanyaan Petrus ketika ia bertemu
Tuhan Yesus Kristus di tengah perjalanan saat ia meninggalkan kota Roma. Lalu
Tuhan menjawab “Karena kini engkau meninggalkan umat-Ku maka Aku akan pergi ke Roma,
untuk disalibkan kali yang kedua.”
Tampaknya
peristiwa “serupa tapi tak sama” kini sedang terjadi di tengah kita. Banyak
“Anak Tuhan” sekarang lari dari tugas utama Amanat Agung untuk “Memberitakan
Injil, menyelamatkan yang terhilang” mereka sibuk membangun rumah
tangga gereja lokal mereka sendiri, tinggal dalam zona aman & nyaman,
akibatnya Tuhan Yesus pergi sendiri ke ladang misi untuk menyelamatkan yang
terhilang. Kiranya menjadi berkat untuk Anda Tuhan Yesus Kristus Memberkati Anda. Amin..!!!
Sumber : Buku Chariot of Fire
(Menanti Bangkitnya Generasi Elisa)
0 comments:
Post a Comment