Tuesday 17 March 2015

APA ITU ILMU BUDAYA DASAR





                                               1.    Pengertian Ilmu Budaya Dasar 

Istilah Ilmu Budaya Dasar (IBD) sepadan dengan istilah basic humanities dalam bahasa Inggris, yang berarti “umat manusia” atau “kemanusiaan”. Secara etimologis IBD berarti ilmu yang membuat manusia (mahasiswa, calon sarjana) menjadi orang yang berperikemanusiaan atau yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
Di dunia pendidikan “Barat” dikenal istilah The Humanities, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “Pengetahuan Budaya”, yakni ketrampilan dalam bidang seni dan filsafat. Sering juga digunakan istilah humaniora. The Humanities merupakan bagian dari cita-cita mewujudkan humanistik pendidikan.  Dengan The Humanisties, mahasiswa dididik untuk menjadi lebih manusiawi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ada kekawatiran bahwa dunia pendidikan bengkel yang menjadikan mahasiswa menjadi robot yang tidak memiliki hati nurani. Padahal tujuan pendidikan adalah mendidik orang menjadi manusiawi seutuhnya, yakni manusia yang memiliki keseimbangan antara intelektual, perasaan dan kepribadiaanya.  
Secara umum tujuan  IBD dan The Humanitis sama, yakni membuat manusia lebih manusiawi. Akan tetapi IBD tidak identik dengan The Humanities, karena jika The Humanities adalah pengetahuan yang lebih menyangkut keahlian dalam bidang seni dan filsafat, sedangkan IBD merupakan bagian dari upaya menanamkan pengetahuan (konsep-konsep) dasar dan pengertian umum mengenai kemnusiaan dan kebudayaan.
Pendekatan IBD adalah multidispliner atau interdispliner, maksudnya menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, sosiologi, pdikologi dan lain-lain. Dengan demikian IDB sekaligus sarana untuk menjembatani disiplin berbagai bidang disiplin keilmuan sehingga manusia tidak terkotak-kotak dalam spesialisasi bidangnya masing-masing.
Dengan IBD diharapkan mahasiswa:
a.       Memiliki minat dan kebiasaan menyelidiki apa saja yang terjadi dalam lingkungan hidupnya.
b.      Memiliki kesadaran akan nilai-nilai yang dianutnya dan bagaimana hubungan nilai-nilai tersebut dengan praksis hidup di tengah masyarakat.
c.      Memiliki keberanian untuk mempertahankan nilai-nilai yang baik yang dianutnya dan terbuka terhadap nilai-nilai yang baru yang baik dan berguna bagi hidup di tengah masyarakat.
Perlunya kuliah IBD:
a.       Multikulturalisme di indonesia.
b.      Ada pergeseran nilai-nilai budaya.
c.       Meningkatnya intensitas kontak antar budaya.


2.    Objek material dan objek formal ilmu budaya dasar
Objek material yang dikaji IBD adalah manusia dan kebudayaannya. Artinya, bahan atau materi yang dipelajari dalam IBD adalah manusia dan kebudayaan. Bahan itu ditelaah dari berbagai sudut. Sudut pembahasan itu yang dinamakan objek formal. Objek formal yang ditelaah IBD adalah nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan. Mengapa nilai? Karena, nilai merupakan kekhasan manusia, dan yang membedakan manusia dari hewan. Tanpa nilai, manusia tidak dapat hidup secara manusiawi, dan tanpa orientasi. Nilai yang membuat hidup manusia menjadi lebih berarti.

3.    Tujuan Ilmu budaya dasar
a.       Tujuan umum: IBD bertujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian manusia Indonesia. Dengan kata lain, IBD bermaksud melahirkan sarjana yang berkepribadian Indonosia.
b.      Tujuan khusus:
§  Mempertajam kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
§ Mendorong mahasiswa untuk menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan di tengah masyarakat.
§  Menumbuhkan sikap kritis rational dalam diri mahasiswa dalam menghadapi masalah sosio-budaya.
§  Mendorong mahasiswa untuk mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa secara kreatif.
§  Memperluas wawasan budaya dan menghilangkan sikap primordialisme dalam segala bentuknya.
§ Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam menghadapi masalah kemanusiaan dan kemanusiaan.

4.    Ruang lingkup ilmu budaya dasar
Harus disadari bahwa IBD tidak sama dengan studi kebudayaan. IBD berbicara mengenai aspek-aspek dasar dari kemnusiaan dan kebudayaan, yakni: kebudayaan, agama, filsafat, dan seni. Aspek-aspek tersebut dibahas secara umum, tidak secara mendetail.
Secara khusus, IBD berkutat pada nilai-nilai khas manusiawi, yang dibangun berdasarkan pandangan hidup, seperti cinta dan keindahan, tanggungjawab, keadilan, solidaritas dan subsidiaritas, dan pengharapan. Dalam konteks ini dibicarakan pula situasi-situasi batas yang secara konkret dialami setiap manusia, seperti kecemasan, penderitaan dan kematian. Bagaimanapun juga pandangan terhadap hal-hal tersebut membentuk sikap dan perilaku manusia.



1.    Rafael Raga Maran, MUNUSIA DAN KEBUDAYAAN, Dalam Persepektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, PT Rineka Cipta.
2.    Prof. Dr. C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, Yogjakarta, Kanisius.
3.    Ernst Cassirer, Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia, Jakarta, Gramedia.
4.    Peter L. Berger, The Sacred Canopy, New York, Anchor Books.
5.    Peter L. Berger, The Social Construction of Reality, New York, Anchor Books.
6.    Dr. Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, Yogjakarta, PT Tiara Wacana
7.    PS. Harry Susanto, Mitos Menurut Pemikiran Mircea Elliade, Yogjakarta, Kanisius.
8.    Prof. Dr. Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

0 comments:

Post a Comment