Neuralink - Apakah Antarmuka Otak-Komputer Membawa Kita Ke Dalam Utopia Teknologi?

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Nilai Pasar Nvidia, AI Kesayangan, Melonjak Mendekati Apple

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PREVIEW PERTANDINGAN: MAN CITY V UNITED WOMEN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Apakah BRICS yang Diperluas Akhirnya Melengserkan Dolar dengan Bantuan Kripto?

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

APAKAH YESUS TUHAN? Mari Kita Cari Tahu!

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, 25 May 2016

DOMINE QUO VADIS? (“Hendak kemanakah Engkau Tuhan?”).



DOMINE QUO VADIS?
(“Hendak kemanakah Engkau Tuhan?”)


Pagi itu ketika fajar merekah, dua sosok tubuh berjalan disepanjang jalan Appia menuju padang Campania. Seorang dari mereka adalah Nazarius.satunya lagi Rasul Petrus. Dia meninggalkan kota Roma beserta semua umat Kristen yang sudah atau sedang mati sebagai martir di kota ini.
Kenapa Petrus pergi meninggalkan kota Roma saat umat Kristen disana sedang teraniaya? Ia punya banyak alasan pembenar:
Beberapa hari yang lalu beberapa umat Kristen yang masih bebas telah merundingkan cara terbaik untuk menyelamatkan Rasul. Mereka mengangap jiwa Petrus adalah yang paling berharga dianatara mereka semua. Tigellinus komandan pasukan Nero telah bertekat mengkap Petrus dengan cara apa pun. Dia yakin setelah para Rasul lenyap, akan musnah pula sisa ajaran yang dibencinya ini. 
Vinicius sebelum berangkat telah mengingatkan petrus akan adanya ancaman bahaya. “Rasul,” kata Vinicius, “di waktu fajar besok kau akan diantar ke Perbukitan Alban. Kami akan menyusulmu ke sana, lalu kami akan mengajakmu serta ke Antium. Sebuah kapal sudah siap mengantar kita ke Neapolis, dan dari sana dilanjutkan ke Sicilia. Terpujilah Tuhan saat kau kelak melangkah kaki kedalam rumahku dan duduk di muka perdianganku!”

Semuanya yang lainpun mendesak agar Petrus menerima ajakan ini. “Kami mohon sudilah Tuan mengungsi,” kata mereka. “Tuan tidak bisa terus tinggal di Roma. Tuanlah yang harus tetap memelihara iman kami. Kalau tidak, tuan pasti binasa bersama kami - dan demikian juga iman kita. Dengarlah kata-kata kami seperti seorang ayah mendengarkan kata-kata anaknya!” 

Memang Petrus tidak pernah mengatakan akan meninggalkan Roma, walaupun sudah lama kegelisahan dan kengerian menjalari sukmanya. Domba-dombanya sudah binasa. Dia merasa gagal menunaikan tugasnya. Sebelum Roma terbakar, gerejanya berkembang bagaikan pohon yang subur, tapi kini semuanya sudah musnah menjadi abu akibat akibat keganasan si binatang Nero. Benih Firman yang ditabur telah menghasilkan panen melimpah-ruah, namun sekarang iblis mengijak-injak hasil panen ini. Dan bala tentara surga tidak datang untuk menolong orang-orang Kristen yang binasa. “O Tuhan, apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa tetap tinggal disini? Bagaimana bisa aku seorang tua renta, bertarung melawan kekuatan jahat yang Kau biarkan memerintah dan menaklukan kami?”

Tenggelam dalam kesedihan, Petrus menyrukan nama Tuhan dan mengulangi, Domba-domba yang Kau berikan kepadaku sudah binasa. Gerejamu sudah tidak ada lagi. Kesedihan dan suasana berkabung memenuhi kota. Lalu apalagi yang harus kulakukan? Apakah aku harus tetap tinggal di sini? Ataukah aku harus mengungsikan sisa domba-Mu ke seberang lautan dan di sana sekali lagi kami bisa mengagumkan nama-Mu?”

Petrus, tidak bisa tidur! Hatinya penuh kebimbangan, sebenarnya ia yakin, kalau ia meninggalkan Roma, semua orang beriman akan mengikutinya. Dia dapat membawa mereka ke padang belantara Galilea yang teduh, dan ke Danau Tiberias yang permukaannya jernih seperti cermin. Tapi pantaskah kalau dia sendiri yang duluan mengungsi mencari selamat? Seandainya dia berbuat demikian, bagaimana nanti pertanggungjawaban kepeda Tuhan “Mereka mati karena Iman mereka. Tapi kau... melarikan diri!” Akhirnya Linus membungkukkan tubuhnya di hadapan Petrus, “Tuan,” katanya Yesus Kristus sudah bersabda kepadamu, ‘peliharakanlah domba-domba-Ku,’ Tapi kini domba-dombamu sudah tiada lagi. Mereka sudah hampir punah sama sekali. Maka kembalilah ke tempat dimana kau akan mendapat kelompok domba yang baru. Di Efesus, di Yerusalem, di Antiokia dan di kota-kota lain tempat Firman Tuhan bebas diberitakan. Mengapa kau harus tetap di Roma? Seandainya kau binasa, kau hanya akan memberikan kemenangan mutlak kepada iblis. Yang Mahakuasa mengisinkan Yohanes tetap hidup, sedangkan Paulus warga negara Romawi. Dia tidak bisa dijatuhi hukuman sebelum diadili sesuai dengan hukum. Tapi seandainya Tuan celaka, orang yang hatinya sudah goyah akan berkata, Siapa coba yang lebih besar dari pada Nero?’ Tuan adalah batu karang tempat Kristus akan mendirikan gereja-Nya. Maka tinggalkan kami untuk mati. Tapi jangan biarkan orang kafir mendapat kemenangan atas diri Tuan Utusan Tuhan. Jangan kembali sebelum Tuhan merobohkan orang yang menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa.” 

“Ya, ya!” yang lain juga menyetujui. “Lihat betapa kami memohon kepadamu dengan air mata bercucuran!” Sambil mencucurkan air mata akhirnya Petrus memutuskan “Kalian benar, aku harus pergi keluar Roma.” Pagi itu bersama Nazarius, Petrus berangkat meninggalkan Roma. 

Tatkala matahari mulai menyeruak di celah antara pegunungan, tiba-tiba Petrus melihat pemandangan aneh – pemandangan yang memebuat langkahnya terhenti seketika. Dilihatnya bulatan kuning matahari seakan tidak naik ke langit, melainkan menuruni lereng bukit dan bergerak sepanjang jalan yang kosong dan lenggang itu! 

Petrus berhenti dan berkata pada Nazarius,” Kau melihat cahaya yang datang ke arah kita?” “Tidak,” jawab Nazairus. “Aku tidak melihat apa-apa.” 

Petrus melindungi matanya dengan kedua tangan, kemudian meneruskan, “Ada orang berjalan ke arah kita melalui sinar matahari.” Tapi tidak terdengar suara langkah kaki. Sekitar mereka sunyi senyap. Nazairus hanya melihat pohon-pohon menggeletar, seakan digoyangkan tangan yang tidak kelihatan. 

“Tuan kena apa?” serunya cemas, sebab dilihatnya tongkat terlepas jatuh dari tangan Petrus. Pandangan Petrus terpusat kedepan sana. Mulutnya setengah terbuka. Wajahnya memancarkan air muka takjub, gembira, dan terpesona. Tiba-tiba Petrus jatuh berlutut, mengulurkan kedua lengannya dan berseru “Kristus! Kristus!”

Lalu Petrus jatuh menelungkup, seakan sedang mencium kaki yang tidak kelihatan. Beberapa waktu lamanya tak terdengara suara apa pun. Akhirnya Petrus berkata dengan suara terputus-putus oleh isak tangis, “Domine Quo Vadis?”

Nazairus tidak mendengar jawaban atas pertanyaan Petrus. Tetapi di telinga Petrus terdengar sebuah suara penuh kesedihan dan lemah lembut dari Seseorang yang berkata,  “Karena kini engkau meninggalkan umat-Ku, maka Aku akan pergi ke Roma, untuk disalibkan kali yang kedua.”

Petrus masih menelungkup di tanh, wajahnya terbenam dalam debu, tubuhnya diam tidak bergerak-gerak. Nazairus mulai takut, jangan-jangan Petrus jatuh pingsan atau kehabisan tenaga. Tetapi tiba-tiba Petrus bangkit berdiri. Dan tanpa mengatakan apa pun berbalik menghadap ke arah Roma, ia berjalan melupakan tongkatnya. 

Seperti gema, Nazairus mengulangi kata-kata Petrus, “Domine Quo Vadis?” Dan Petrus menjawab dengan lemah lembut, “Ad Roman.” Maka mereka pun kembali ke Roma.

Sejarah mencatat akhirnya Petrus kembali ke kota Roma untuk menguatkan sisa jemaat yang ada disana. Meskipun akhirnya Rasul Petrus harus mati sebagai martir dengan cara di salib terbalik, Firman Tuhan yang diajarkannya tidak pernah padam atau mati. Jumlah petobat baru semakin banyak, tampaknya setiap tetes air mata yang menitik dari semua orang syahid menjelma menjadi pengikut baru. Setiap gerangan yang keluar di arena gladiator seakan bergema kembali sebagai Nafiri Kehidupan. Di tengah penyembah berhala yang semakin gila dan darah orang percaya yang tertumapah mereka telah menemukan Tuhan yang bisa mereka cintai, mereka menemukan apa yang tidak bisa dunia berikan, yaitu kebahagiaan karena kasih.

Pada akhirnya hidupnya saat hampir di salib, Rasul Petrus berkata “Aku tidak layak mati dengan cara Tuhanku mati” akhirnya prajurit Roma menyalibkan Petrus dengan cara terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas. (cuplikan dari buku dan film “QUO VADIS”).




DOMINE QOU VADIS?

 Kalimat di atas bisa diterjemahkan bebas “Hendak kemanakah Engkau Tuhan?” itulah pertanyaan Petrus ketika ia bertemu Tuhan Yesus Kristus di tengah perjalanan saat ia meninggalkan kota Roma. Lalu Tuhan menjawab “Karena kini engkau meninggalkan umat-Ku maka Aku akan pergi ke Roma, untuk disalibkan kali yang kedua.”
 
Tampaknya peristiwa “serupa tapi tak sama” kini sedang terjadi di tengah kita. Banyak “Anak Tuhan” sekarang lari dari tugas utama Amanat Agung untuk “Memberitakan Injil, menyelamatkan yang terhilang” mereka sibuk membangun rumah tangga gereja lokal mereka sendiri, tinggal dalam zona aman & nyaman, akibatnya Tuhan Yesus pergi sendiri ke ladang misi untuk menyelamatkan yang terhilang. Kiranya menjadi berkat untuk Anda Tuhan Yesus Kristus Memberkati Anda. Amin..!!!



Sumber : Buku Chariot of Fire
 (Menanti Bangkitnya Generasi Elisa)

 

MUNGKIN KAH KITA KEHILANGAN WAKTU KAIROS TUHAN?

MUNGKIN KAH KITA KEHILANGAN WAKTU
 KAIROS TUHAN?


Suatu hari ada dua orang pengurus gereja besar bertemu dikantor kami. Kami kami terlibat dalam pembicaraan hangat didunia penginjilan satu dari mereka berbicara dengan penuh semangat “percaya tidak kalau pada akhir Zaman nanti akan ada tuaian jiwa besar-besaran, panen raya jiwa?” temannya menyambung “karena itu pak kita harus kumpulkan semua kekuatan untuk membangun lumbung-lumbung (yang dimaksud ialah gedung gereja) sebanyak mungkin diberbagai tempat sebagai persiapan untuk menampung tuaian jiwa-jiwa tersebut.” Saya menjawab “apa ga salah pak, menurut saya yang harus dipersiapkan adalah penuainya bukan lumbungnya, karena fiman Tuhan bilang ‘penuainya sedikit’. Kalau panen raya jiwa terjadi menurut saya lumbung sebanyak apapun tetap tidak akan muat pak, bukankah Firman Tuhan berkata ‘Kekayaan bangsa-bangsa akan mengalir padamu’ dalam pengertian saya biarlah orang asing yang membangun gedung-gedung tapi nanti anak Tuhan yang memakainya. Menurut saya dana gereja yang ada sebaiknya jangan dihabiskan untuk terus membangun asset tapi untuk merekrut, melatih dan mengutus penuai-penuai untuk bekerja diladang Tuhan”
Bagaimana menurut saudara??? Mana yang lebih penting... membangun ‘Lumbung’ atau menyiapkan ‘penuai’? Biarlah beberapa kisah sejarah  dibawah ini memberi kita pelajaran yang berharga: 


KUBILAI KHAN DAN MARCO POLO

Kubilai Khan, pemimpin mogol terkenal, memerintah kekaisaran terbesar yang pernah ada didunia. Luas kekaisaran ini mulai dari lautan Pasifik dibagian timur sampai ke polandia di bagian barat dan juga Rusia di sebelah utara sampai ke india di sebelah selatan Tentara mongolia adalah tentara pemberani dan juga yakin bahwa mereka mampu menaklukan bangsa cina dengan Tembok Besarnya itu.
Dalam tahun 1266 masehi Marco Polo, penjelajah dan petualang terbesar waktu itu bertemu dengan Kubilai Khan di ibu kota Mongol. Kekerasan hati dari pemimpin tentara Mongol itu dijamah oleh pemberitaan tentang kematian Kristus bagi dosa seisi dunia. Kubilai Khan mengutus kembali Marco Polo ke Eropa untuk meminta kepada segenap pimpinan gereja dan badan misi yang ada saat itu: “Berikan saya seratus orang yang ahli dalam agamamu untuk mengajarkan Kekristenan kepada kami... maka aku akan memberikan diriku untuk dibaptis, dan kemudian aku akan perintahkan semua pejabat dan semua orang yang berkedudukan penting dalam kerajaanku untuk dibaptis, lalu juga semua rakyatku. Sehingga akan terdapat lebih banyak orang Kristen di tempat ini dari pada di daerahmu.” 

Tuhan telah menyediakan satu masa kairos yang paling mengagumkan atas Kekaisaran terbesar di dunia pernah tahu, dan kemudian memberikan kesempatan pada gereja Tuhan! 

Tetapi bagaimana kesiapan Gereja Tuhan yang seharusnya bisa melakukan salah satu penuaian jiwa terbesar dalam sejarah ini? Ternyata gereja Tuhan kehilangan kesempatan yang menakjubkan ini karena tidak siap. Sesudah beberapa tahun lamanya sejak tantangan ini diberikan, ternyata terdapat dua misionaris yang me-nyediakan dirinya dan bersedia untuk menderita demi memberitakan injil bagi kerajaan Mongolia. Sementara lainya malah balik ke belakang mengevaluasi ulang perjanjian mereka dengan Tuhan sebelum bersedia menjangkau Mongolia. Akhirnya mereka tertinggal di belakang sejarah, gagal menerima warisan Ilahi terbesar dalam sejarah Gereja. 

Bagaiman Kubilai Khan menanggapi responi diam dari Gereja Tuhan di dunia Barat tersebut? Dia berbalik kepada kepercayaan lama, menjadi pemeluk Budha dari Tibet. Kubilai mengundang imam-imam Budha datang untuk menyebarkan agama Budha di kerajaannya. Dan akhirnya, lebih dari setengah jumlah rakyatnya menjadi biarawan Budha. Sampai saat ini Mongolia termasuk dalam kategori daerah yang belum terjangkau oleh Injil sekali lagi, Yesus menangisi hal ini!


JENDERAL BESAR MC ARTHUR

Pada tanggal 14 Agustus 1945 perang dunia kedua yang berlangsung 6 tahun sejak tahun 1939 berakhir dengan kemenangan tentara Sekutu. Sebagai akibat di jatuhkannya bom atom pada tanggal 6 Agustus 1945 di Herosima dan pada tanggal 9 Agustus 1945 di Nagasaki maka jepang yang semula berhasil meraih kemenangan di banyak medan peperangan akhirnya takluk menyerah pada tentara sekutu. Kekalahan ini sangat mengecewakan rakyat Jepang yang percaya bahwa kekaisaran adalah keturunan dewa Matahari yang sangat berkuasa dan tak terkalahkan. Inilah momen yang sangat krusial dimana bangsa jepang berada dipersimpangan jalan, mereka tidak lagi percaya dan siap meninggalkan agama Shintoisme, karena dewa matahari yang mereka sembah melalui wujud Kaisar jepang ternyata tidak tak terkalahkan. Pastilah dewa yang disembah oleh tentara sekutu lebih hebat dari dewa mereka, oleh karena itu mereka ingin mengenalnya dan menyembahnya juga. 









Pada tanggal 3 September 1945 Jenderal Douglas Mc Arthur sampai di Tokyo. Sewaktu turun dari kapal perang USR Missouri, untuk menerima penyerahan kekuasaan dari kekaisaran Jepang, masyarakat telah berjubel penuh penuh sesak disepanjang jalan yang akan dilalui jenderal Mc Arthur, mereka ingin melihat “sang pemenang”. Ketika Jenderal Douglas Mc Arthur mulai melangkah di jalan tiba-tiba ia sangat terkejut melihat masyarakat Jepang menekukkan lututnya dan sujud menyembah kepadanya bersama tentara sekutu rombongannya. 



Melihat kenyataan itu, dengan penuh semangat jenderal Mc Arthur sebagai orang Kristen segera menulis surat kilat “... kirimkan utusan-utusan Injil, para misionaris sebanyak-banyaknya, “INILAH WAKTUNYA” yang Tuhan sediakan untuk menangkan masyarakat Jepang menjadi murid-murid Kristus, karena mereka sedang dikecewakan oleh dewanya dan ingin mencari Tuhan sesungguhnya yang lebih berkuasa dan yang tak terkalahkan!...” lalu mengirimkannya keberbagai lembaga misi dan badan-badan gereja di Eropah dan Amerika. Tetapi bagaimana respon Gereja Tuhan? Siapkah mereka melakukan tuaian besar-besaran? 

Ternyata Gereja Tuhan kembali tidak siap untuk mengirimkan para penuai sehingga “MASA KAIROS TUHAN,” yang mungkin tidak akan pernah kembali, terlewatkan sia-sia. Sejarah mencatat hanya sedikit sekali utusan injil dan misionaris yang datang ke jepang setelah perang dunia kedua berakhir sehingga pada akhirnya masyarakat Jepang kembali kepada dewanya yang lama, kaisarnya, agama Shintoismenya, bahkan dalam perkembangannya tumbuh sikap antipati yang sangat keras terhadap kekristenan.

Sampai saat ini negara Jepang termasuk daerah dimana kekristenan sangat sulit berkembang, sangat sulit untuk menjumpai orang percaya, sehingga apabila dalam setahun ada tambahan 1 jiwa bertobat dalam sebuah gereja lokal hal itu sudah dianggap suatu kemenangan besar. Mengapa? Karena MASA KAIROS TUHAN telah berlalu dan kesempatan yang Tuhan beri telah lenyap.


HARUSNYA GEREJA TUHAN BELAJAR DARI SEJARAH
Bagaimana kondisi gereja saat ini? Seharusnya Gereja Tuhan menarik pelajaran dari sejarah masa lalu dan tidak boleh lagi kehilangan momentum Tuhan pada masa Kairos penuaian jiwa dengan mempersiapkan penuai dan memanfaatkan semua kemampuan teknologi moderen, yang dahulu tidak tersedia bagi Gereja Tuhan pada masa tahun 1200-an. Namun tragisnya, gereja Tuhan justru mengulangi sejarah semacam ini berkali-kali.

Kalau kita tidak memanfaatkan semua kesempatan pada masa kairos Tuhan maka kita akan mengulangi kembali jalannya sejarah. Bagaimana jika MASA KAIROS TUHAN datang bagi Indonesia? Haruslah sejarah semacam ini berulang kembali? Saudara sebagai gereja Tuhan lah yang harus menjawabnya. Tuhan Memberkati! 




Sumber Buku Chariot of Fire
 (Menanti Bangkitnya Generasi Elisa)