KECAKAPAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Komunikasi
intepersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan orang lain dan merupakan
sebuah metoda komunikasi yang sering digunakan oleh manusia pada saat bekerja,
bergaul dan bermasyarakat. Miskinnya kecakapan komunikasi merupakan masalah
yang sering dihadapi oleh semua orang. Komunikasi bisa terjadi langsung dan
tidak langsung, komunikasi langsung dilakukan dengan cara beribicara
langsung dengan lawan bicara kita. Komunikasi ini sangat efektif
untuk mengetahui tanggapan lawan bicara kita. Sedangkan komunikasi tidak
langsung dilakukan melalui media mungkin email, surat menyurat, SMS, Facebook
dan sebagainya.
Kemampuan
komunikasi antarindividu adalah sangat penting, baik seorang pemimpin maupun
rakyat biasa. Hal ini disebabkan karena setiap orang perlu menjalin hubungan
harmonis dan bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk meningkatkan hubungan interpersonal yang baik maka perlu meningkatkan
kecakapan komunikasi interpersonal yang baik. Dengan kecakapan yang baik maka
peluang mencapai komunikasi yang positif akan lebih besar. Sebaliknya jika
kecakapan komunikasi interpersonal rendah, mungkin saja kadar hubungan
interpersonal tidak meningkat. Justru dapat mengancam komunikasi interpersonal
yang bersifat negatif.
Komunikasi
interpersonal positif dan negatif
Komunikasi
interpersonal positif jika mengarah pada suatu kerjasama (cooperation).
Bersifat negatif bila mengarah pada suatu pertentangan (conflict = disosiaotif).
Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu kesepakatan menempuh langkah tertentu untuk
mencapai tujuan bersama. Biasanya kerjasama terjadi jika kedua belah pihak
mempunyai kepentingan yang sama. Setidaknya ada lima bentuk
kerjasama yaitu :
1. Kerukunan
yang mencakup gotong royong da tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh: berkumpulnya masyarakat ketempat warga yang sedang tertimpa kesedihan,
atau anggota keluarganya ada yang meninggal.
2. Bargaining
, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang- barang
atau jasa antara dua individu atau organisasi. Contoh : warga yang memiliki
tanah cukup luas memberikan sebagian tanah tersebut untuk dikelola oleh warga
lain, dengan perjanjian hasil dibagi dua.
3. Ko-optasi,
yakni suatu proses penerimaan unsur- unsur baru dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan. Contoh : organisasi yang mulai menerapkan sistem terkomputerisasi
dalam pengolahan administrasinya yang semula manual. Semua elemen terkait dalam
organisasi perlu mengadakan penyesuaian dengan sistem baru tersebut. Tujuannya
adalah untuk memperoleh keuntungan, produksi meningkat dan pihak pegawai
bekerja lebih efisien.
4. Koalisi ( Coalition ) , yakni
kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu,
karena dua organisasi atau lebih mempunyai struktur yang tidak sama satu dengan
yang lain.
5. Join-
venture ¸ yakni kerjasama dalam pengusahaan proyek- proyek tertentu,
misalnya pemboranm minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan dan
seterusnya.
Ketrampilan
berbicara
Agar
pembicaraan dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka diperlukan beberapa
persiapan dan keterampilan.
1. Persiapan
fisik, ialah usaha yang dilakukan untuk menjaga kondisi fisik agar dalam
kondisi prima ketika berbicara dihadapan orang lain. Dengan demikian maka akan
mengantara kepada kemampuan terbaik untuk menyampaikan dan menerima pesan.
2. Persiapan
mental, ialah usaha yang dilakukan untuk menimbulkan keberanian dan kepercayaan
diri. Seseorang yang tidak melaksanakan persiapan mental sebelum berbicara
dengan orang lain akan mengalami akibat : bingung, ragu- ragu, gugup, bahkan
kehilangan substansi materi pembicaraan.
3. Persiapan
materi, ialah usaha- usaha yang dilakukan untuk menguasai materi yang akan
disampaikan dihadapan orang yang menjadi partner komunikasi interpersonal.
Persiapan dapat dilakukan dengan membaca, bertanya, maupun mengumpulkan
berbagai informasi yang mendukung tema pembicaraan. Dengan persiapan materi
yang sungguh-sungguh, maka akan dapat melakukan pembicaraan secara sistematis,
lancar, dan mendalam.
Ada
beberapa prinsip teknik berbicara yang perlu diperhatikan, diantaranya :
a. Prinsip
Motivasi, ialah prinsip memberi dorongan dan membangkitkan minat komunikan
untuk mengikuti pembicaraan dengan sungguh –sungguh.
b. Prinsip
perhatian, ialah pemusatan perhatian audience pada materi
pembicaraan. Cara menarik perhatian dengan mengetengahkan : hal- hal aneh,
lucu, dan aktual.
c. Prinsip
ulangan, dalam hal ini khusus untuk informasi yang dianggap lebih penting perlu
diulang sehingga mudah tertanam dalam pemahaman pendengar.
d. Prinsip
kegunaan pesan atau materi yang dibicarakan hanyalah hal- hal yang berguna
bagi pendengar. Informasi yang dirasa besar manfaatnya, akan tetap diingat oleh
pendengar.
e. Prinsip
efisiensi, pembicaraan hanya menyangkut substansi yang penting. Terutama
apabila pembicaraan dilakukan dengan pembicaraan dilakukan dengan perantaraan
media, misalnya dengan telepon selular, maka harus di setting sedemikian
rupa sehingga pembicaraan berlangsung efisien.
Kecakapan
bertanya
Dalam
komunikasi interpersonal perlu diperhatikan teknik bertanya yang efektif.
Dengan pertanyaan yang terarah maka kita dapat mengembangkan komunikasi dua
arah. Berikut ini dikemukakan teknik bertanya yang efektif.
a. Ungkapan
pertanyaan dengan tenang dan sopan
Pertanyaan
yang dikemukakan dengan sopan akan membuat kita lebih aman dalam memulai
berkomunikasi interpersonal ketimbang penuh emosi, curiga, dan marah- marah.
Pertanyaan yang disampaikan dengan sopan maka partner komunikasi akan lebih
senang mendengarkan ketimbang pertanyaan yang diajukan dengan teriak – teriak.
b. Ungkapan
pertanyaan dengan singkat dan jelas
Pertanyaan
yang disampaikan dengan singakat dan jelas akan lebih mudah dipahami. Jangan
terlalu banyak basa- basi.
c. Jangan
merusak suasana
Usahakan
untuk tidak bertanya sesuka hati, karena pertanyaan yang diajukan pada saat
yang tidak tepat akan merusak suasana maupun konsentasi pembicaraan.
d. Jangan
sungkan meminta maaf pada saat merasa bersalah
Ketika
kita menyadari kita telah melakukan sebuah kesalahan dalam bertanya, maka
sebaiknya kita meminta maaf.
e. Ucapkan
terimakasih
Pada
akhir komunikasi tanya jawab, sampaikanlah suat ungkapan penghargaan kepada
partner komunikasi dengan mengucapkan terimakasih. Hal itu menunjukkan bahwa
kita memiliki itikad baik untuk senantiasa menjaga hubungan yang harmonis.
f. Bersiaplah
mendengarkan jawaban secara positif
Sebaiknya
jangan monopoli pembicaraan, berikan kesempatan kepada kolega dan pelanggan
untuk menyampaikan pendapatnya sebagai jawaban atas pertanyaan yang
diterimanya. Setelah itu barulah kita meberikan respon secara positif.
Kecakapan
membuka pintu komunikasi
Hubungan antar manusia dibina atas dasar hal- hal kecil yang
mengakrabkan persahabatan, yang terbit dari kata hati yang tulus ikhlas,
misalnya dengan kesediaan membuka pintu komunikasi. Janganlah menjadi orang
yang suka jual mahal, selagi ada kesempatan segera mendahului untuk membuka
pintu komunikasi. Dengan membuka pintu komunikasi berarti kita memiliki
komitmen untuk membina kerjasama dan meningkatkan hubungan emosional.
Ketika kita melihat atau bertemu teman, segeralah buka pintu
komunikasi. Kalau kita berjauhan, buka pintu komunikasi dengan lambaian tangan.
Meskipun kelihatannya sepele, hanya melambaikan tangan, tapi hal ini sudah
cukup menunjukkan betapa kita menaruh perhatian dan kepedulian terhadap
teman.
Senyum tulus dan senyum tulus dan simpatik. Seulas senyum
dapat membuat orang yang baru marah luluh hatinya, membuat orang yang lagi
susah menjadi terhibur, membuat orang merasa antipati berbalik menjadi simpati.
Senyum itu ibadah artinya senyum kita membawa kebaikan.
Ucapakan kata sapaan : Hei! Hallo! Selamat pagi dan
sebagainya. Kalau kita bertemu teman apa susahnya mengucapkan Hei! Hallo!
Lakukan dengan penuh persahabatan. Apabila seseorang kita sapa dengan baik,
niscaya jawaban juga baik, tapi sebaliknya jika menyapa dengan tidak baik maka
niscaya jawaban juga tidak baik.
Cobalah mengajak berjabat tangan. Kebiasaan ini sudah cukup
lazim dimasyarakat kita. Cara berjabat tangan pun bervariasi. Ada yang berjabat
tangan dengan erat sambil saling menepuk bahu. Di Jepang orang berkenanalan
dengan membungkukkan badan. Pada negara lain ada yang memeluk atau saling
mencium.
Tanyakan keadaannya : Apa kabar? Dimana sekolahmu?. Jadilah
orang yang perhatian, jadilah orang yang perhatian, jangan bersikap cuek.
Pertanyaan sederhana seperti itu membuk komunikasi, memasuki cerita dan berita
tentang diri teman kita, sekolahnyam orang tuanya da sebagainya.
Mintalah maaf dan permisi : Maaf nama saya Agus, siapa nama
anda? Ucapan maaf menunjukkan bahwa kita mengakui kodrat manusia sebagai
makhluk yang tidak sempurna. Kadang kita melakukan kesalahan yang tidak kita
sengaja.
Ucapakan kesan anda :” sungguh senang bertemu denganmu”. Kesan
yang kita ucapkan secara jujur dan ikhlas dapat memupuk persabatan dan
pertemanan. Jangan lupa, menutup pembicaraan dengan mengucapkan terimakasih.
Demikianlah ada berbagai cara untuk mengawali komunikasi interpersonal. Memang
kelihatannya sepele, tetapi manfaatnya sungguh sangat besar. Kita akan mendapat
penilaian yang baik dari orang lain dalam masyarakat kita.
Ketrampilan
menjaga sopan santun (Bahan IX)
Penampilan
yang sopan dan ramah akan membuat kita lebih aman dalam memulai berkomunikasi
ketimbang penuh emosi dan rasa curiga. Partner komunikasi akan lebih senang
mendengarkan argumentasi yang disampaikan dengan sopan. Oleh karena itu perlu
membiasakan diri bersikap sopan dan ramah, agar orang lain juga bersikap ramah
kepada kita. Dengan selalu menjaga sopan santun, selanjutnya terjadi sikap
saling menghargai.
1.
Meminta maaf pada saat merasa bersalah
Ketika
kita menyadari bahwa sudah melakukan kesalahan berkomunikasi, maka sebaiknya
kita meminta maaf. Dengan begitu maka sebenarnya kita menaruh rasa hormat
kepada orang lain, dan giliran berikutnya kitapun juga dihormatiya.
Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi kalau kita tidak mengetahui jati
diri mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak- nebak dan merancang
persiapan komunikasi yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika
kita paham karakterk orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah berusaha
menampilkan diri sebaik- baiknya dalam berkomunikasi.
2.
Cepat, tanggap dan bertanggungjawab
Kecepatan dalam
merespon stimuli dari orang lain sangat perlu. Misalnya ketika mendapat
pertanyaan, segeralah memberi jawaban yang baik. Untuk memecahkan persoalan,
segera memberi saran sebagai alternatif solusi.
Tanggap artinya
peka atau sensitif terhadap situasi dan kondisi berperilaku secara kondusif
sesuai dengan kondisi tersebut. Misalnya ketika kita berbicara dan orang yang
berbicara dengan kita kelihatan gelisah dan tidak fokus pada pembicaraan, maka
sebaiknya kita mengakhiri pembicaraan.
Tanggungjawab artinya
bahwa kita sebagai pelaku komunikasi personal harus
bertanggungjawab terhadap dampak atau akibat aktivitas pelaksanaan komunikasi,
serta hasil proses komunikasi interpersonal memberikan manfaat dan berguna baik
bagi diri sendiri maupun orang lain.
3.
Perhatian dan Kepedulian
Dalam
komunikasi interpersonal, perhatian dan kepedulian sangat bermanfaat. Hal
tersebut dapat dibuktikan apakah kita perhatian dan peduli dengan teman.
Dimulai dengan mengenali identitas teman kita, berapa jumlah saudaranya,
tanggal berapa ulang tahunnya, apa kegemarannya dan sebagainya. Denga demikian
kita dapat memahami karakteristiknya, dan dapat mengusahakan proses yang
menyenangakan kedua belah pihak, tanpa melanggar tata krama dan etika.
4.
Memiliki empati
Bylund
& Makoul (2002) mengembangkan enam tingkat empati yang diuraikan dalam
suatu sistem The Emphaty Communication Coding System (ECCS) Levels. Keenam
tingkat empati tersebut dapat diimplementasikan dalam contoh komunikasi
interpersonal antara seorang pimpinan dengan karyawan.
Level
0 : artinya tidak nampak adanya empati pada diri pimpinan, keadaan ini
diindikasikan dengan berbagai sikap seperti contoh berikut ini :
1.
Pimpinan menolak pendapat berdasarkan sudut pandang
karyawan
2.
Mengabaikan usulan
3.
Membuat pernyataaan yang berlawanan dengan aspirasi
karyawan
4.
Menolak berdiskusi “ Laksankan saja sesuai petunjuk
saya.”
Level
1 : pimpinan mendengarkan karyawan sambil lalu. Terlihat dengan kurang
seriusnya pimpinan terlibat dalam komunikasi interpersonal. Misalnya mengatakan
“ Ya, terserah Anda”, sambil membaca koran, membalikkan badan, mengangkut bahu,
menicibir, atau tanpa memandang kearah karyawan.
Level
2 : pimpinan mengenali secar implisit cara berpikir dan pembicaraan
karyawan. Artinya pimpinan sebenarnya mengakui kualitas dan pendapat karyawan,
tetapi tidak bersedia mengungkap pengakuan tersebut.
Level
3 : pimpinan menghargai pendapat karyawan, artinya ada pengakuan secara
eksplisit, bahwa pendapat karyawan tersebut merupakan kontribusi
penting untuk memperbaiki keadaan diperusahaan.
Level
4 : pimpinan mengkonfirmasi karyawan, artinya pimpinan secara terbuka
menyatakan menerima pendapat karyawan. Sebelum pendapat tersebut dilaksanakan,
pimpinan bermaksud mengkonfirmasi apakah sudah sesuai dengan ide yang
diinginkan karyawan.
Level
5 : pimpinan berbagi perasaan dan pengalaman ( sharing feeling and
experience ) dengan karyawan. Hal ini menunjukkan adanya komitmen
kerjasama secara sungguh – sungguh. Disamping itu juga terdapat
tindakan dan ucapan yang menunjukkan karyawan memiliki peran sangat penting
bagi perusahaan.
Empati
pada level 0 sampai 2 merupakan empati pada level rendah karena pengkuan hanya
terjadi secara implisit (tersembunyi ). Empati pada level 3 sampai
5 merupakan pengenalan pimpinan terhadap sudut pandang karyawan
terhadap kinerja karyawan tentang kinerja perusahaan, secara eksplisit.
Ada
3 macam aktivitas yang mudah dilakukan oleh seorang pimpinan untuk menegaskan
adanya empati eksplisit tersebut :
1. Ajaklah
berbicara. Usahakan komunikasi dua arah, jangan memonopoli pembicaraan.
Dorong agar karyawan mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaanya secara
nyaman tanpa rasa takut.
2. Berilah
penjelasan. Beri penjelasan mengenai hal- hal yang menjadi perhatiannya,
yang ingin diketahuinya, dan yang akan dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Berikan rincian tugas secara detail, dan berilah kesempatan
pada karyawan untuk bertanya mengenai sesuatu yang belum dimengerti.
3. Tegaskan
komitmen bekerjasama. Dibagian akhir percakapan, ingatkan karyawan akan
hal- hal penting yang menjadi inti pembicaraan. Setelah itu nyatakan kepada
karayawan bahwa kerjasama yang sinergis merupakan aset yang sangat berharga.
Kecakapan
menerima tamu
Ada
pepatah mengatakan, “ tamu adalah raja “. Pepath ini mengajarkan pentingnya
tuan rumah untuk menanggapi tamu dengan sebaik-
baiknya. Apalagi kalau yang berkunjung tersebut adalah tamu istimewa
yang sudah memberitahukan sebelumnya mengenai rencana kedatangannya, maka tuan
rumah perlu mempersiapkan segala sesuatu sesuai kadar hubungan interpersonal
dengan sang tamu. Berikut contoh tindakan dan sikap menyambut tamu :
1. Menjemput
tamu sesuai dengan janji ( diterminal, bandara, stasiun)
2. Menyilakan
masuk dan mengucapkan salam
3. Memanggil
/ menyapa tamu dengan namanya
4. Mempersilakan
tamu untuk duduk ditempat yang sudah disediakan, tuan rumah mengikuti duduk
kemudian.
5. Menciptakan
suasana nyaman
6. Memperkenalkan
diri
7. Memperhatikan
sikap non verbal ( raut wajah/ mimi, gerak/bahasa tubuh) sang tamu
8. Membukakan
pintu, atau berdiri ketika tamu hendak pulang.
Kecakapan
memberikan pelayanan
Pelayanan
adalah suatu tindakan agar dapat mengkondisikan komunikasi dalam suasana yang
menyenangkan, maka komunikator memberikan pelayanan berupa tindakan nyata dengan
diusahakan memenuhi 4 syarat pokok yakni : tingkah laku yang sopan, cara
menyampaikan sesuatu berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang
yang bersangkutan, penyampaian pada waktu yang tepat, dan keramah tamahan.
Ada
beberapa jenis pelayanan yang perlu diperhatikan dan diindahkan untuk mendukung
kualitas proses komunikasi interpersonal :
1. Memberikan
informasi, misalnya pelayanan berupa memberi informasi jalan atau
menuju lokasi perusahaan, perubahan atas jadwal yang sudah disepakati,
perubahan harga dan sebagainya.
2. Konsultasi
seperti pemberian saran kepada partner komunikasi, sehingga dapat
meminimalkan kemungkinan terjadinya bias komunikasi. Saran itu diperlukan
manakala salah satu pihak menghadapi masalah tertentu.
3. Hospitality , sambutan
ramah dengan mungkin dengan memberikan makanan dan minuman sebagai bentuk
penghargaan persahabatan.
4. Caretaking , terdiri
dari perhatian dan perlindungan atas barang – barang milik partner
komunikasi, sehingga mereka merasa tenang dan konsentrasi dalam berkomunikasi.
Kecakapan
menyampaikan informasi
Pada
kesempatan tertentu kita mengemban tugas untuk menyampaikan informasi penting
kepada sasaran yang akan dituju. Berikut ini hal yang
mesti diperhatikan :
1. Gunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh komunikasi sesuai dengan tingkat
pemahamannya. Perhatikan latar belakang pendidikannya, usia,
mobilitas sosialnya, dan sebagainya.
2. Pendekatan
yang berpusat pada penerima, artinya memusatkan dan memperhatikan pihak
penerima, yakni melakukan segala sesuatu usaha agar informasi sampai
pada penerima dan dipahami secara benar.
3. Jangan
menggunakan istilah yang tidak dimengerti oleh komunikan.
4. Jangan
menggunakan istilah yang tidak baku, seperti GPL ( Gak Pakai Lama ).
5. Jangan
terlalu mudah untuk menggunakan istilah- istilah ilmiah untuk sasaran latar
belakang pendidikan relatif rendah.
6. Jangan
menggunaka istilah asing.
7. Tidak
perlu tergesa- gesa dan terlalu berambisi menyampaikan informasi sekaligus,
penyampaian informasi dapat dilakukan secara bertahap.
8. Jika
menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimat persiapan pendahuluan,
misalnya, “ Boleh saya minta waktu untuk menyampaikan sesuatu ?”.
9. Hindari
memakai kata- kata yang bersifat mengancam, seperti “ Kalau tidak mengikuti
saran saya, tidak apa- apa, tapi awas kalau ada masalah jangan datang ke saya”.
10. Hindari
ungkapan yang menunjukkan bahwa kita orang paling berjasa, misalnya “Semua ini
karena usaha saya”.
11. Ulangi
informasi yang penting, sembari diikuti intonasi suara dan bahasa nonverbal
yang mendukung. Misalnya Anda mengatakan, “Baiklah saya ulangi, kuncinya adalah
belajar tekun,” sambil menepuk bahu komunikan, disertai intonasi yang tegas.
12. Gunakanlah
empati, yaitu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh komunikan. Misalnya saja,
kita dapat menggunakan pernyataan, “ Saya dapat mengerti apabila Anda ragu-
ragu”.
13. Menyimpulkan
substansi informasi yang disampaikan , sehingga makna sesungguhnya dari
informasi tersebut tidak tenggelam oleh percakapan yang berkembang selama
komunikasi.
14. Berilah
kesempatan kepada komunikan untuk bertanya, dan berpendapat. Jangan memonopoli
pembicaraan.
15. Berika
nomor telepon. Hal ini menunjukkan adanya komitmen untuk menjalin kerjasama
secara berkelanjutan.
Kecakapan
mendengarkan
Stewart
L. Tubs dan Sylvia Moss mengatakan bahwa sesungguhnya mendengarkan adalah
sesuatu yang rumit yang melibatkan 4 unsur :
1. Mendengar.
2. Memperhatikan.
3. Memahami.
4. Mengingat.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka mendengarkan dan
mendengar itu proses yang berbeda. Bahkan mendengar itu hanyalah satu bagian
dari proses mendengarkan. Medengar itu ada kesan tidak disengaja dan sambil
lalu.
Memperhatikan, artinya secara sengaja kita memusatkan
perhatian dan kesadaran kita pada stimuli tertentu, dan mengabaikan stimuli
yang lainnya. Kecakapan mendengarkan harus ditandai oleh adanya unsur memperhatikan.
Memahami, diartikan sebagai proses pemberian makna yang kita
dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan si pengirim pesan. Unsur
memahami, ini merupakan yang paling menentukan kecakapan mendengarkan. Artinya
apabila kita dapat memahami stimuli dengan benar, maka berarti kita
sudah dapat mendengarkan dengan baik.
Mengingat , yaitu proses menyimpan informasi kedalam
memori. Dengan demikian kalau anda mendengarkan lagu, dan bila Anda sudah
melakukan proses mendengarkan dengan baik, maka sebagian nada ataupun syair
dari lagu itu akan tersimpan di memori.
Kecakapan
sebagai konselor
Komunikasi
interpersonal dapat berfungsi sebagi konseling, ialah proses komunikasi dua
arah yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan dengan memanfaatkan saran- saran
dari seseorang konselor kepada konseli. Jika kita ambil contoh penerapan konsep
ini pada seting aktivitas komunikasi disebuah perusahaan, maka yang bertindak
sebagai konselor adalah manajer atau pemimpin ( kepala bagian, kepala seksi,
supervisor, dan sebagainya). Sedangkan konselinya adalah karyawan yang
menghadapi suatu masalah atau mengalami frustasi. Dengan komunikasi
interpersonal yang dirancang sebagai konseling, maka bagi seorang pimpinan
bertindak sebagai konselor perlu memiliki kecakapan berikut ini :
·
Membantu para karyawan memecahkan masalahnya
sendiri
·
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
hubungan antarkaryawan
·
Mengusahakan adanya suatu suasana yang
menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalah yang mungkin ada
·
Peran konselor hanyalah memberikan pengertian
tentang masalah yang belum jelas serta membari nasihat, konseli sendirilah yang
akan mengambil keputusan.