Neuralink - Apakah Antarmuka Otak-Komputer Membawa Kita Ke Dalam Utopia Teknologi?

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Nilai Pasar Nvidia, AI Kesayangan, Melonjak Mendekati Apple

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PREVIEW PERTANDINGAN: MAN CITY V UNITED WOMEN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Apakah BRICS yang Diperluas Akhirnya Melengserkan Dolar dengan Bantuan Kripto?

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

APAKAH YESUS TUHAN? Mari Kita Cari Tahu!

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, 22 March 2015

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KECAKAPAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL


Komunikasi intepersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan orang lain dan merupakan sebuah metoda komunikasi yang sering digunakan oleh manusia pada saat bekerja, bergaul dan bermasyarakat. Miskinnya kecakapan komunikasi merupakan masalah yang sering dihadapi oleh semua orang. Komunikasi bisa terjadi langsung dan tidak langsung, komunikasi langsung  dilakukan dengan cara beribicara langsung dengan lawan bicara kita.  Komunikasi ini sangat efektif untuk mengetahui tanggapan lawan bicara kita. Sedangkan komunikasi tidak langsung dilakukan melalui media mungkin email, surat menyurat, SMS, Facebook dan sebagainya. 
Kemampuan komunikasi antarindividu adalah sangat penting, baik seorang pemimpin maupun rakyat biasa. Hal ini disebabkan karena setiap orang perlu menjalin hubungan harmonis dan bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk meningkatkan hubungan interpersonal yang baik maka perlu meningkatkan kecakapan komunikasi interpersonal yang baik. Dengan kecakapan yang baik maka peluang mencapai komunikasi yang positif akan lebih besar. Sebaliknya jika kecakapan komunikasi interpersonal rendah, mungkin saja kadar hubungan interpersonal tidak meningkat. Justru dapat mengancam komunikasi interpersonal yang bersifat negatif.

Komunikasi interpersonal positif dan negatif
Komunikasi interpersonal positif jika mengarah pada suatu kerjasama (cooperation). Bersifat negatif bila mengarah pada suatu pertentangan (conflict = disosiaotif). Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu kesepakatan menempuh langkah tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Biasanya kerjasama terjadi jika kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama. Setidaknya ada lima bentuk kerjasama  yaitu :
1.      Kerukunan yang mencakup gotong royong da tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh: berkumpulnya masyarakat ketempat warga yang sedang tertimpa kesedihan, atau anggota keluarganya ada yang meninggal.
2.      Bargaining , yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-  barang atau jasa antara dua individu atau organisasi. Contoh : warga yang memiliki tanah cukup luas memberikan sebagian tanah tersebut untuk dikelola oleh warga lain, dengan perjanjian hasil dibagi dua.
3.      Ko-optasi, yakni suatu proses penerimaan unsur- unsur baru dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. Contoh : organisasi yang mulai menerapkan sistem terkomputerisasi dalam pengolahan administrasinya yang semula manual. Semua elemen terkait dalam organisasi perlu mengadakan penyesuaian dengan sistem baru tersebut. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan, produksi meningkat dan pihak pegawai bekerja lebih efisien.
4.       Koalisi ( Coalition ) , yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih mempunyai struktur yang tidak sama satu dengan yang lain.
5.      Join- venture ¸ yakni kerjasama dalam pengusahaan proyek- proyek tertentu, misalnya pemboranm minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan dan seterusnya.

Ketrampilan berbicara
Agar pembicaraan dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka diperlukan beberapa persiapan dan keterampilan.
1.      Persiapan fisik, ialah usaha yang dilakukan untuk menjaga kondisi fisik agar dalam kondisi prima ketika berbicara dihadapan orang lain. Dengan demikian maka akan mengantara kepada kemampuan terbaik untuk menyampaikan dan menerima pesan.
2.      Persiapan mental, ialah usaha yang dilakukan untuk menimbulkan keberanian dan kepercayaan diri. Seseorang yang tidak melaksanakan persiapan mental sebelum berbicara dengan orang lain akan mengalami akibat : bingung, ragu- ragu, gugup, bahkan kehilangan substansi materi pembicaraan.
3.      Persiapan materi, ialah usaha- usaha yang dilakukan untuk menguasai materi yang akan disampaikan dihadapan orang yang menjadi partner komunikasi interpersonal. Persiapan dapat dilakukan dengan membaca, bertanya, maupun mengumpulkan berbagai informasi yang mendukung tema pembicaraan. Dengan persiapan materi yang sungguh-sungguh, maka akan dapat melakukan pembicaraan secara sistematis, lancar, dan mendalam.

Ada beberapa prinsip teknik berbicara yang perlu diperhatikan, diantaranya :
a.       Prinsip Motivasi, ialah prinsip memberi dorongan dan membangkitkan minat komunikan untuk mengikuti pembicaraan dengan sungguh –sungguh.
b.      Prinsip perhatian, ialah pemusatan perhatian audience pada materi pembicaraan. Cara menarik perhatian dengan mengetengahkan : hal- hal aneh, lucu, dan aktual.
c.       Prinsip ulangan, dalam hal ini khusus untuk informasi yang dianggap lebih penting perlu diulang sehingga mudah tertanam dalam pemahaman pendengar.
d.      Prinsip kegunaan pesan atau materi yang dibicarakan hanyalah hal- hal yang berguna bagi pendengar. Informasi yang dirasa besar manfaatnya, akan tetap diingat oleh pendengar.
e.       Prinsip efisiensi, pembicaraan hanya menyangkut substansi yang penting. Terutama apabila pembicaraan dilakukan dengan pembicaraan dilakukan dengan perantaraan media, misalnya dengan telepon selular, maka harus di setting  sedemikian rupa sehingga pembicaraan berlangsung efisien.

Kecakapan bertanya
Dalam komunikasi interpersonal perlu diperhatikan teknik bertanya yang efektif. Dengan pertanyaan yang terarah maka kita dapat mengembangkan komunikasi dua arah.  Berikut ini dikemukakan teknik bertanya yang efektif.
a.       Ungkapan pertanyaan dengan tenang dan sopan
Pertanyaan yang dikemukakan dengan sopan akan membuat kita lebih aman dalam memulai berkomunikasi interpersonal ketimbang penuh emosi, curiga, dan marah- marah. Pertanyaan yang disampaikan dengan sopan maka partner komunikasi akan lebih senang mendengarkan ketimbang pertanyaan yang diajukan dengan teriak – teriak.
b.      Ungkapan pertanyaan dengan singkat dan jelas
Pertanyaan yang disampaikan dengan singakat dan jelas akan lebih mudah dipahami. Jangan terlalu banyak basa- basi.
c.       Jangan merusak suasana
Usahakan untuk tidak bertanya sesuka hati, karena pertanyaan yang diajukan pada saat yang tidak tepat akan merusak suasana maupun konsentasi pembicaraan.
d.      Jangan sungkan meminta maaf pada saat merasa bersalah
Ketika kita menyadari kita telah melakukan sebuah kesalahan dalam bertanya, maka sebaiknya kita meminta maaf.
e.       Ucapkan terimakasih
Pada akhir komunikasi tanya jawab, sampaikanlah suat ungkapan penghargaan kepada partner komunikasi dengan mengucapkan terimakasih. Hal itu menunjukkan bahwa kita memiliki itikad baik untuk senantiasa menjaga hubungan yang harmonis.
f.       Bersiaplah mendengarkan jawaban secara positif
Sebaiknya jangan monopoli pembicaraan, berikan kesempatan kepada kolega dan pelanggan untuk menyampaikan pendapatnya sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterimanya. Setelah itu barulah kita meberikan respon secara positif.

Kecakapan membuka pintu komunikasi
Hubungan antar manusia dibina atas dasar hal- hal kecil yang mengakrabkan persahabatan, yang terbit dari kata hati yang tulus ikhlas, misalnya dengan kesediaan membuka pintu komunikasi. Janganlah menjadi orang yang suka jual mahal, selagi ada kesempatan segera mendahului untuk membuka pintu komunikasi. Dengan membuka pintu komunikasi berarti kita memiliki komitmen untuk membina kerjasama dan meningkatkan hubungan emosional.
Ketika kita melihat atau bertemu teman, segeralah buka pintu komunikasi. Kalau kita berjauhan, buka pintu komunikasi dengan lambaian tangan. Meskipun kelihatannya sepele, hanya melambaikan tangan, tapi hal ini sudah cukup menunjukkan betapa kita menaruh perhatian dan kepedulian terhadap teman.  
Senyum tulus dan senyum tulus dan simpatik. Seulas senyum dapat membuat orang yang baru marah luluh hatinya, membuat orang yang lagi susah menjadi terhibur, membuat orang merasa antipati berbalik menjadi simpati. Senyum itu ibadah artinya senyum kita membawa kebaikan.
Ucapakan kata sapaan : Hei! Hallo! Selamat pagi dan sebagainya. Kalau kita bertemu teman apa susahnya mengucapkan Hei! Hallo! Lakukan dengan penuh persahabatan. Apabila seseorang kita sapa dengan baik, niscaya jawaban juga baik, tapi sebaliknya jika menyapa dengan tidak baik maka niscaya jawaban juga tidak baik.
Cobalah mengajak berjabat tangan. Kebiasaan ini sudah cukup lazim dimasyarakat kita. Cara berjabat tangan pun bervariasi. Ada yang berjabat tangan dengan erat sambil saling menepuk bahu. Di Jepang orang berkenanalan dengan membungkukkan badan. Pada negara lain ada yang memeluk atau saling mencium.
Tanyakan keadaannya : Apa kabar? Dimana sekolahmu?. Jadilah orang yang perhatian, jadilah orang yang perhatian, jangan bersikap cuek. Pertanyaan sederhana seperti itu membuk komunikasi, memasuki cerita dan berita tentang diri teman kita, sekolahnyam orang tuanya da sebagainya.
Mintalah maaf dan permisi : Maaf nama saya Agus, siapa nama anda? Ucapan maaf menunjukkan bahwa kita mengakui kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna. Kadang kita melakukan kesalahan yang tidak kita sengaja.
Ucapakan kesan anda :” sungguh senang bertemu denganmu”. Kesan yang kita ucapkan secara jujur dan ikhlas dapat memupuk persabatan dan pertemanan. Jangan lupa, menutup pembicaraan dengan mengucapkan terimakasih. Demikianlah ada berbagai cara untuk mengawali komunikasi interpersonal. Memang kelihatannya sepele, tetapi manfaatnya sungguh sangat besar. Kita akan mendapat penilaian yang baik dari orang lain dalam masyarakat kita.

Ketrampilan menjaga sopan santun (Bahan IX)
Penampilan yang sopan dan ramah akan membuat kita lebih aman dalam memulai berkomunikasi ketimbang penuh emosi dan rasa curiga. Partner komunikasi akan lebih senang mendengarkan argumentasi yang disampaikan dengan sopan. Oleh karena itu perlu membiasakan diri bersikap sopan dan ramah, agar orang lain juga bersikap ramah kepada kita. Dengan selalu menjaga sopan santun, selanjutnya terjadi sikap saling menghargai.
1.              Meminta maaf pada saat merasa bersalah
 Ketika kita menyadari bahwa sudah melakukan kesalahan berkomunikasi, maka sebaiknya kita meminta maaf. Dengan begitu maka sebenarnya kita menaruh rasa hormat kepada orang lain, dan giliran berikutnya kitapun juga dihormatiya. Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi kalau kita tidak mengetahui jati diri mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak- nebak dan merancang persiapan komunikasi yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika kita paham karakterk orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah berusaha menampilkan diri sebaik- baiknya dalam berkomunikasi.
2.              Cepat, tanggap dan bertanggungjawab
Kecepatan dalam merespon stimuli dari orang lain sangat perlu. Misalnya ketika mendapat pertanyaan, segeralah memberi jawaban yang baik. Untuk memecahkan persoalan, segera memberi saran sebagai alternatif solusi. 
Tanggap artinya peka atau sensitif terhadap situasi dan kondisi berperilaku secara kondusif sesuai dengan kondisi tersebut. Misalnya ketika kita berbicara dan orang yang berbicara dengan kita kelihatan gelisah dan tidak fokus pada pembicaraan, maka sebaiknya kita mengakhiri pembicaraan.  
Tanggungjawab artinya bahwa kita sebagai pelaku komunikasi personal harus bertanggungjawab  terhadap dampak atau akibat aktivitas pelaksanaan komunikasi, serta hasil proses komunikasi interpersonal memberikan manfaat dan berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
3.              Perhatian dan Kepedulian
Dalam komunikasi interpersonal, perhatian dan kepedulian sangat bermanfaat. Hal tersebut dapat dibuktikan apakah kita perhatian dan peduli dengan teman. Dimulai dengan mengenali identitas teman kita, berapa jumlah saudaranya, tanggal berapa ulang tahunnya, apa kegemarannya dan sebagainya. Denga demikian kita dapat memahami karakteristiknya, dan dapat mengusahakan proses yang menyenangakan kedua belah pihak, tanpa melanggar tata krama dan etika.
4.              Memiliki empati
Bylund & Makoul (2002) mengembangkan enam tingkat empati yang diuraikan dalam suatu sistem The Emphaty Communication Coding System (ECCS) Levels. Keenam tingkat empati tersebut dapat diimplementasikan dalam contoh komunikasi interpersonal antara seorang pimpinan dengan karyawan.
Level 0 : artinya tidak nampak adanya empati pada diri pimpinan, keadaan ini diindikasikan dengan berbagai sikap seperti contoh berikut ini :
1.        Pimpinan menolak pendapat berdasarkan sudut pandang karyawan
2.        Mengabaikan usulan
3.        Membuat pernyataaan yang berlawanan dengan aspirasi karyawan
4.        Menolak berdiskusi “ Laksankan saja sesuai petunjuk saya.”
Level 1 : pimpinan mendengarkan karyawan sambil lalu. Terlihat dengan kurang seriusnya pimpinan terlibat dalam komunikasi interpersonal. Misalnya mengatakan “ Ya, terserah Anda”, sambil membaca koran, membalikkan badan, mengangkut bahu, menicibir, atau tanpa memandang kearah karyawan.
Level 2 : pimpinan mengenali secar implisit cara berpikir dan pembicaraan karyawan. Artinya pimpinan sebenarnya mengakui kualitas dan pendapat karyawan, tetapi tidak bersedia mengungkap pengakuan tersebut.
Level 3 : pimpinan menghargai pendapat karyawan, artinya ada pengakuan secara eksplisit, bahwa pendapat karyawan tersebut  merupakan kontribusi penting untuk memperbaiki keadaan diperusahaan.
Level 4 : pimpinan mengkonfirmasi karyawan, artinya pimpinan secara terbuka menyatakan menerima pendapat karyawan. Sebelum pendapat tersebut dilaksanakan, pimpinan bermaksud mengkonfirmasi apakah sudah sesuai dengan ide yang diinginkan karyawan.
Level 5 : pimpinan berbagi perasaan dan pengalaman ( sharing feeling and experience ) dengan karyawan. Hal ini menunjukkan adanya komitmen kerjasama secara sungguh – sungguh.  Disamping itu juga terdapat tindakan dan ucapan yang menunjukkan karyawan memiliki peran sangat penting bagi perusahaan.
Empati pada level 0 sampai 2 merupakan empati pada level rendah karena pengkuan hanya terjadi secara implisit (tersembunyi ). Empati pada level 3 sampai 5  merupakan pengenalan pimpinan terhadap sudut pandang karyawan terhadap kinerja karyawan tentang kinerja perusahaan, secara eksplisit.

Ada 3 macam aktivitas yang mudah dilakukan oleh seorang pimpinan untuk menegaskan adanya empati eksplisit tersebut :
1.      Ajaklah berbicara. Usahakan komunikasi dua arah, jangan memonopoli pembicaraan. Dorong agar karyawan mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaanya secara nyaman tanpa rasa takut.
2.      Berilah penjelasan. Beri penjelasan mengenai hal- hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Berikan rincian tugas secara detail, dan berilah kesempatan pada karyawan untuk bertanya mengenai sesuatu yang belum dimengerti.
3.      Tegaskan komitmen bekerjasama. Dibagian akhir percakapan, ingatkan karyawan akan hal- hal penting yang menjadi inti pembicaraan. Setelah itu nyatakan kepada karayawan bahwa kerjasama yang sinergis merupakan aset yang sangat berharga.
Kecakapan menerima tamu
Ada pepatah mengatakan, “ tamu adalah raja “. Pepath ini mengajarkan pentingnya tuan rumah untuk menanggapi  tamu dengan sebaik- baiknya.  Apalagi kalau yang berkunjung tersebut adalah tamu istimewa yang sudah memberitahukan sebelumnya mengenai rencana kedatangannya, maka tuan rumah perlu mempersiapkan segala sesuatu sesuai kadar hubungan interpersonal dengan sang tamu.  Berikut contoh tindakan dan sikap menyambut tamu :
1.      Menjemput tamu sesuai dengan janji ( diterminal, bandara, stasiun)
2.      Menyilakan masuk dan mengucapkan salam
3.      Memanggil / menyapa tamu dengan namanya
4.      Mempersilakan tamu untuk duduk ditempat yang sudah disediakan, tuan rumah mengikuti duduk kemudian.
5.      Menciptakan suasana nyaman
6.      Memperkenalkan diri
7.      Memperhatikan sikap non verbal ( raut wajah/ mimi, gerak/bahasa tubuh) sang tamu
8.      Membukakan pintu, atau berdiri ketika tamu hendak pulang.
Kecakapan memberikan pelayanan
Pelayanan adalah suatu tindakan agar dapat mengkondisikan komunikasi dalam suasana yang menyenangkan, maka komunikator memberikan pelayanan berupa tindakan nyata dengan diusahakan memenuhi 4 syarat pokok yakni : tingkah laku yang sopan, cara menyampaikan sesuatu berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan, penyampaian pada waktu yang tepat, dan keramah tamahan.
Ada beberapa jenis pelayanan yang perlu diperhatikan dan diindahkan untuk mendukung kualitas proses komunikasi interpersonal :
1.      Memberikan informasi,  misalnya pelayanan berupa memberi informasi jalan atau menuju lokasi perusahaan, perubahan atas jadwal yang sudah disepakati, perubahan harga dan sebagainya.
2.      Konsultasi seperti pemberian saran kepada partner komunikasi,  sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya bias komunikasi. Saran itu diperlukan manakala  salah satu pihak menghadapi masalah tertentu.
3.      Hospitality , sambutan ramah dengan mungkin dengan memberikan makanan dan minuman sebagai bentuk penghargaan persahabatan.
4.      Caretaking , terdiri dari perhatian dan perlindungan atas barang – barang  milik partner komunikasi, sehingga mereka merasa tenang dan konsentrasi dalam berkomunikasi.

Kecakapan menyampaikan informasi 
Pada kesempatan tertentu kita mengemban tugas untuk menyampaikan informasi penting kepada sasaran yang akan dituju. Berikut ini hal yang mesti  diperhatikan :
1.      Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh komunikasi  sesuai dengan tingkat pemahamannya.  Perhatikan latar belakang pendidikannya, usia, mobilitas sosialnya, dan sebagainya.
2.      Pendekatan yang berpusat pada penerima, artinya memusatkan dan memperhatikan pihak penerima, yakni melakukan segala sesuatu usaha agar  informasi sampai pada penerima  dan dipahami secara benar.
3.      Jangan menggunakan istilah yang tidak dimengerti oleh komunikan.
4.      Jangan menggunakan istilah yang tidak baku, seperti GPL ( Gak Pakai Lama ).
5.      Jangan terlalu mudah untuk menggunakan istilah- istilah ilmiah untuk sasaran latar belakang pendidikan relatif rendah.
6.      Jangan menggunaka istilah asing.
7.      Tidak perlu tergesa- gesa dan terlalu berambisi menyampaikan informasi sekaligus, penyampaian informasi dapat dilakukan secara bertahap.
8.      Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimat persiapan pendahuluan, misalnya, “ Boleh saya minta waktu  untuk menyampaikan sesuatu ?”.
9.      Hindari memakai kata- kata yang bersifat mengancam, seperti “ Kalau tidak mengikuti saran saya, tidak apa- apa, tapi awas kalau ada masalah jangan datang ke saya”.
10.  Hindari ungkapan yang menunjukkan bahwa kita orang paling berjasa, misalnya “Semua ini karena usaha saya”.
11.  Ulangi informasi yang penting, sembari diikuti intonasi suara dan bahasa nonverbal yang mendukung. Misalnya Anda mengatakan, “Baiklah saya ulangi, kuncinya adalah belajar tekun,” sambil menepuk bahu komunikan, disertai intonasi yang tegas.
12.  Gunakanlah empati, yaitu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh komunikan. Misalnya saja, kita dapat menggunakan pernyataan, “ Saya dapat mengerti apabila Anda ragu- ragu”.
13.  Menyimpulkan substansi informasi yang disampaikan , sehingga makna sesungguhnya dari informasi tersebut tidak tenggelam oleh percakapan yang berkembang selama komunikasi.
14.  Berilah kesempatan kepada komunikan untuk bertanya, dan berpendapat. Jangan memonopoli pembicaraan.
15.  Berika nomor telepon. Hal ini menunjukkan adanya komitmen untuk menjalin kerjasama secara berkelanjutan.

Kecakapan mendengarkan
Stewart L. Tubs dan Sylvia Moss mengatakan bahwa sesungguhnya mendengarkan adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan 4 unsur  :
1.      Mendengar.
2.      Memperhatikan.
3.      Memahami.
4.      Mengingat.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka mendengarkan dan mendengar itu proses yang berbeda. Bahkan mendengar itu hanyalah satu bagian dari proses mendengarkan. Medengar itu ada kesan tidak disengaja dan sambil lalu.
Memperhatikan, artinya secara sengaja kita memusatkan perhatian dan kesadaran kita pada stimuli tertentu, dan mengabaikan stimuli yang lainnya. Kecakapan mendengarkan harus ditandai oleh adanya unsur memperhatikan.
Memahami, diartikan sebagai proses pemberian makna yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan si pengirim pesan. Unsur memahami, ini merupakan yang paling menentukan kecakapan mendengarkan. Artinya apabila kita dapat memahami stimuli  dengan benar, maka berarti kita sudah dapat mendengarkan dengan baik.
Mengingat , yaitu proses menyimpan informasi kedalam memori. Dengan demikian kalau anda mendengarkan lagu, dan bila Anda sudah melakukan proses mendengarkan dengan baik, maka sebagian nada ataupun syair dari lagu itu akan tersimpan di memori.

Kecakapan sebagai konselor
Komunikasi interpersonal dapat berfungsi sebagi konseling, ialah proses komunikasi dua arah yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan dengan memanfaatkan saran- saran dari seseorang konselor kepada konseli. Jika kita ambil contoh penerapan konsep ini pada seting aktivitas komunikasi disebuah perusahaan, maka yang bertindak sebagai konselor adalah manajer atau pemimpin ( kepala bagian, kepala seksi, supervisor, dan sebagainya). Sedangkan konselinya adalah karyawan yang menghadapi suatu masalah atau mengalami frustasi. Dengan komunikasi interpersonal yang dirancang sebagai konseling, maka bagi seorang pimpinan bertindak sebagai konselor perlu memiliki kecakapan berikut ini :
·         Membantu para karyawan memecahkan masalahnya sendiri
·         Memecahkan masalah yang berkaitan dengan hubungan antarkaryawan
·         Mengusahakan adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalah yang mungkin ada
·         Peran konselor hanyalah memberikan pengertian tentang masalah yang belum jelas serta membari nasihat, konseli sendirilah yang akan mengambil keputusan.


Tuesday, 17 March 2015

APA ITU ILMU BUDAYA DASAR





                                               1.    Pengertian Ilmu Budaya Dasar 

Istilah Ilmu Budaya Dasar (IBD) sepadan dengan istilah basic humanities dalam bahasa Inggris, yang berarti “umat manusia” atau “kemanusiaan”. Secara etimologis IBD berarti ilmu yang membuat manusia (mahasiswa, calon sarjana) menjadi orang yang berperikemanusiaan atau yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
Di dunia pendidikan “Barat” dikenal istilah The Humanities, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “Pengetahuan Budaya”, yakni ketrampilan dalam bidang seni dan filsafat. Sering juga digunakan istilah humaniora. The Humanities merupakan bagian dari cita-cita mewujudkan humanistik pendidikan.  Dengan The Humanisties, mahasiswa dididik untuk menjadi lebih manusiawi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ada kekawatiran bahwa dunia pendidikan bengkel yang menjadikan mahasiswa menjadi robot yang tidak memiliki hati nurani. Padahal tujuan pendidikan adalah mendidik orang menjadi manusiawi seutuhnya, yakni manusia yang memiliki keseimbangan antara intelektual, perasaan dan kepribadiaanya.  
Secara umum tujuan  IBD dan The Humanitis sama, yakni membuat manusia lebih manusiawi. Akan tetapi IBD tidak identik dengan The Humanities, karena jika The Humanities adalah pengetahuan yang lebih menyangkut keahlian dalam bidang seni dan filsafat, sedangkan IBD merupakan bagian dari upaya menanamkan pengetahuan (konsep-konsep) dasar dan pengertian umum mengenai kemnusiaan dan kebudayaan.
Pendekatan IBD adalah multidispliner atau interdispliner, maksudnya menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, sosiologi, pdikologi dan lain-lain. Dengan demikian IDB sekaligus sarana untuk menjembatani disiplin berbagai bidang disiplin keilmuan sehingga manusia tidak terkotak-kotak dalam spesialisasi bidangnya masing-masing.
Dengan IBD diharapkan mahasiswa:
a.       Memiliki minat dan kebiasaan menyelidiki apa saja yang terjadi dalam lingkungan hidupnya.
b.      Memiliki kesadaran akan nilai-nilai yang dianutnya dan bagaimana hubungan nilai-nilai tersebut dengan praksis hidup di tengah masyarakat.
c.      Memiliki keberanian untuk mempertahankan nilai-nilai yang baik yang dianutnya dan terbuka terhadap nilai-nilai yang baru yang baik dan berguna bagi hidup di tengah masyarakat.
Perlunya kuliah IBD:
a.       Multikulturalisme di indonesia.
b.      Ada pergeseran nilai-nilai budaya.
c.       Meningkatnya intensitas kontak antar budaya.


2.    Objek material dan objek formal ilmu budaya dasar
Objek material yang dikaji IBD adalah manusia dan kebudayaannya. Artinya, bahan atau materi yang dipelajari dalam IBD adalah manusia dan kebudayaan. Bahan itu ditelaah dari berbagai sudut. Sudut pembahasan itu yang dinamakan objek formal. Objek formal yang ditelaah IBD adalah nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan. Mengapa nilai? Karena, nilai merupakan kekhasan manusia, dan yang membedakan manusia dari hewan. Tanpa nilai, manusia tidak dapat hidup secara manusiawi, dan tanpa orientasi. Nilai yang membuat hidup manusia menjadi lebih berarti.

3.    Tujuan Ilmu budaya dasar
a.       Tujuan umum: IBD bertujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian manusia Indonesia. Dengan kata lain, IBD bermaksud melahirkan sarjana yang berkepribadian Indonosia.
b.      Tujuan khusus:
§  Mempertajam kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
§ Mendorong mahasiswa untuk menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan di tengah masyarakat.
§  Menumbuhkan sikap kritis rational dalam diri mahasiswa dalam menghadapi masalah sosio-budaya.
§  Mendorong mahasiswa untuk mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa secara kreatif.
§  Memperluas wawasan budaya dan menghilangkan sikap primordialisme dalam segala bentuknya.
§ Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam menghadapi masalah kemanusiaan dan kemanusiaan.

4.    Ruang lingkup ilmu budaya dasar
Harus disadari bahwa IBD tidak sama dengan studi kebudayaan. IBD berbicara mengenai aspek-aspek dasar dari kemnusiaan dan kebudayaan, yakni: kebudayaan, agama, filsafat, dan seni. Aspek-aspek tersebut dibahas secara umum, tidak secara mendetail.
Secara khusus, IBD berkutat pada nilai-nilai khas manusiawi, yang dibangun berdasarkan pandangan hidup, seperti cinta dan keindahan, tanggungjawab, keadilan, solidaritas dan subsidiaritas, dan pengharapan. Dalam konteks ini dibicarakan pula situasi-situasi batas yang secara konkret dialami setiap manusia, seperti kecemasan, penderitaan dan kematian. Bagaimanapun juga pandangan terhadap hal-hal tersebut membentuk sikap dan perilaku manusia.



1.    Rafael Raga Maran, MUNUSIA DAN KEBUDAYAAN, Dalam Persepektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, PT Rineka Cipta.
2.    Prof. Dr. C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, Yogjakarta, Kanisius.
3.    Ernst Cassirer, Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia, Jakarta, Gramedia.
4.    Peter L. Berger, The Sacred Canopy, New York, Anchor Books.
5.    Peter L. Berger, The Social Construction of Reality, New York, Anchor Books.
6.    Dr. Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, Yogjakarta, PT Tiara Wacana
7.    PS. Harry Susanto, Mitos Menurut Pemikiran Mircea Elliade, Yogjakarta, Kanisius.
8.    Prof. Dr. Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.